Senin, 28 Desember 2009

EMAS

Emas merupakan mineral yang tak lazim kita dengar di telinga kita, terkadang muncul beberapa pertanyaan bagi kita, apa sih emas itu, bagaimana dia terbentuk dan bagaimana cara mengolah mineral ini, mari kita jawab satu per satu.
Emas adalah unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki simbol Au (bahasa Latin: 'aurum') dan nomor atom 79. Sebuah logam transisi (trivalen dan univalen) yang lembek, mengkilap, kuning, berat, "malleable", dan "ductile". Emas tidak bereaksi dengan zat kimia lainnya tapi terserang oleh klorin, fluorin dan aqua regia. Logam ini banyak terdapat di nugget emas atau serbuk di bebatuan dan di deposit alluvial dan salah satu logam coinage. Kode ISOnya adalah XAU. Emas melebur dalam bentuk cair pada suhu sekitar 1000 derajat celcius (coba dibayangkan kalau kita kena panas sampai 1000 oC mmm ampuun)
Tabel Periodik unsur Kimia teman – teman mungkin masih ingat ketika SMA dulu di pelajaran kimia yang banyak pake singkatan – singkatan untuk memudahkan kita menghapalnya (kok kayak curhat masa SMA dulu),


Emas merupakan logam yang bersifat lunak dan mudah ditempa, kekerasannya berkisar antara 2,5 – 3 (skala Mohs), serta berat jenisnya tergantung pada jenis dan kandungan logam lain yang berpadu dengannya. Mineral pembawa emas biasanya berasosiasi dengan mineral ikutan (gangue minerals). Mineral ikutan tersebut umumnya kuarsa, karbonat, turmalin, flourpar, dan sejumlah kecil mineral non logam. Mineral pembawa emas juga berasosiasi dengan endapan sulfida yang telah teroksidasi. Mineral pembawa emas terdiri dari emas nativ, elektrum, emas telurida, sejumlah paduan dan senyawa emas dengan unsur-unsur belerang, antimon, dan selenium. Elektrum sebenarnya jenis lain dari emas nativ, hanya kandungan perak di dalamnya >20%



Gambar 1. Endapan Emas

Emas terbentuk dari proses magmatisme atau pengkonsentrasian di permukaan. Beberapa endapan terbentuk karena proses metasomatisme kontak dan larutan hidrotermal, sedangkan pengkonsentrasian secara mekanis menghasilkan endapan letakan (placer). Genesa emas dikatagorikan menjadi dua yaitu:

1. Endapan primer
2. Endapan plaser.

Emas digunakan sebagai standar keuangan di banyak negara dan juga digunakan sebagai perhiasan, dan elektronik. Penggunaan emas dalam bidang moneter dan keuangan berdasarkan nilai moneter absolut dari emas itu sendiri terhadap berbagai mata uang di seluruh dunia, meskipun secara resmi di bursa komoditas dunia, harga emas dicantumkan dalam mata uang dolar Amerika. Bentuk penggunaan emas dalam bidang moneter lazimnya berupa bulion atau batangan emas dalam berbagai satuan berat gram sampai kilogram.
Nah kalau bicara mengenai emas kita juga harus tahu gimana sih cara ekstraksinya ini dia ulasan mengenai ekstraksi emas

Ekstraksi Emas

Amalgamasi
Amalgamasi adalah proses penyelaputan partikel emas oleh air raksa dan membentuk amalgam (Au – Hg). Amalgam masih merupakan proses ekstraksi emas yang paling sederhana dan murah, akan tetapi proses efektif untuk bijih emas yang berkadar tinggi dan mempunyai ukuran butir kasar (> 74 mikron) dan dalam membentuk emas murni yang bebas (free native gold).
Proses amalgamasi merupakan proses kimia fisika, apabila amalgamnya dipanaskan, maka akan terurai menjadi elemen-elemen yaitu air raksa dan bullion emas. Amalgam dapat terurai dengan pemanasan di dalam sebuah retort, air raksanya akan menguap dan dapat diperoleh kembali dari kondensasi uap air raksa tersebut. Sementara Au-Ag tetap tertinggal di dalam retort sebagai logam.

Sianidasi

Proses Sianidasi terdiri dari dua tahap penting, yaitu proses pelarutan dan proses pemisahan emas dari larutannya. Pelarut yang biasa digunakan dalam proses cyanidasi adalah NaCN, KCN, Ca(CN)2, atau campuran ketiganya. Pelarut yang paling sering digunakan adalah NaCN, karena mampu melarutkan emas lebih baik dari pelarut lainnya. Secara umum reaksi pelarutan Au dan Ag adalah sebagai berikut:

4Au + 8CN- + O2 + 2 H2O = 4Au(CN)2- + 4OH-
4Ag + 8CN- + O2 + 2 H2O = 4Ag(CN)2- + 4OH-

Pada tahap kedua yakni pemisahan logam emas dari larutannya dilakukan dengan pengendapan dengan menggunakan serbuk Zn (Zinc precipitation). Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:

2 Zn + 2 NaAu(CN)2 + 4 NaCN +2 H2O = 2 Au + 2 NaOH + 2 Na2Zn(CN)4 + H2
2 Zn + 2 NaAg(CN)2 + 4 NaCN +2 H2O = 2 Ag + 2 NaOH + 2 Na2Zn(CN)4 + H2

Penggunaan serbuk Zn merupakan salah satu cara yang efektif untuk larutan yang mengandung konsentrasi emas kecil. Serbuk Zn yang ditambahkan kedalam larutan akan mengendapkan logam emas dan perak. Prinsip pengendapan ini mendasarkan deret Clenel, yang disusun berdasarkan perbedaan urutan aktivitas elektro kimia dari logam-logam dalam larutan cyanide, yaitu Mg, Al, Zn, Cu, Au, Ag, Hg, Pb, Fe, Pt. setiap logam yang berada disebelah kiri dari ikatan kompleks sianidanya dapat mengendapkan logam yang digantikannya. Jadi sebenarnya tidak hanya Zn yang dapat mendesak Au dan Ag, tetapi Cu maupun Al dapat juga dipakai, tetapi karena harganya lebih mahal maka lebih baik menggunakan Zn. Proses pengambilan emas-perak dari larutan kaya dengan menggunakan serbuk Zn ini disebut “Proses Merill Crowe”.


sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Emas

Minggu, 22 November 2009

BATUAN METAMORF

Batuan metamorf adalah batuan yang terbentuk dari hasil proses metamofisme, dimana terjadi perubahan (alterasi), physical (struktur, tekstur) dan chemical (mineralogical) dari suatu batuan, pada temperatur dan tekanan tinggi didalam kerak bumi.
Proses metamorfisme merupakan proses isokimia dimana tidak terjadi penambahan unsur-unsur kimia dan berjalan tanpa melalui fase cair. Akibat proses metamorfisme adalah batuan keluar dari keseimbangan lama keseimbangan yang baru (kondisi) yang baru).

Faktor-faktor yang berperan dalam prosers metamorfisme yaitu :
- Temperatur
- Tekanan
- Cairan panas / aktivitas larutan kimia

Pada kondisi metamorfisme temperatur berkisar antara 2000C – 13500C dan tekanan 1 – 10.000 bar

Ditinjau dari perubahan tekanan (P) dan temperatur (T) maka dikenal :
a. Progresive metamorfisme : yaitu perubahan dari P & T rendah ke P & T yang tinggi.
b. Retrogresive metamorfisme : yaitu perubahan dari P & T tinggi ke P & T yang rendah.

Kondisi fisik yang mengontrol metamorfisme atau yang mempengaruhi rekristalisasi dan tekstur, adalah ;
1. Tekanan, didapatkan dari letak kedalamannya dalam bumi atau karena gerakan-gerakan dan atau gesekan.
- Tekanan hidrostatik
- Tekanan searah (stress), disini dikenal dua kelompok mineral, yaitu :
a. Stress mineral : yaitu mineral-mineral yang tahan terhadap tekanan, contoh : staurolit, kianit.
b. Anti stress mineral : yaitu mineral – mineral yang jarang dijumpai pada batuan yang mengalami stress. Contoh : olivin, andalusit.

2. Temperatur, umumnya perubahan temperatur jauh lebih efektif daripada perubahan tekanan dalam hal pengaruhnya terhadap perubahan mineralogi. Katalisator : berfungsi mempercepat reaksi, terutama pada metamorfisme bertemeratur rendah.
Ada dua hal yang mempengaruhi reaksi, yaitu :
a. Adanya larutan-larutan kimia yang berjalan antara ruang butiran.
b. Deformasi batuan, dimana batuan pecah-pecah menjadi fragmen-fragmen kecil sehingga memudahkan kontak antara larutan kimia dengan fragmen-fragmen.
c. Fulida
d. Komposisi

Beberapa ahli memisahkan atau membagi tipe-tipe metamorfisme, namun secara umum dapat disebutkan sbb:

+ Metamorfisme Kontak

Metamorfisme ini biasanya disebut juga metamorfisme termal. Faktor yang sangat berperan adalah panas, sedang tekanan relatif rendah, dimana proses yang terjadi adalah rekristalisasi, reaksi diantara mineral pembentuk atau mineral dengan larutan, disini ada pergantian dan perubahan material.

+ Metamorfisme Regional

Terjadi akibat perubahan P & T yangsangat tinggi, bekerja bersama-sama ditempat yang dalam dan luas didalam kerak bumi seperti pada geosinklin yang mengalami sedimentasi kemudian terlipat.

+ Metamorfisme Kataklastik

Metamorfisme ini, biasa disebut kinematik atau metamorfisme dislokasi. Metamorfisme initerjadiakibat penghancuran batuan oleh sesar dsb, kemudian diikuti dengan reksristalisasi.

FASIES METAMORFISME

Fasies metamorfisme adalah merupakan kumpulan batuan metamorf yang terbentuk pada kondisi temperatur dan tekanan yang sama. Ini dianggap variasi mineralogi pengontrol fasies yang berasal dari variasi komposisi mineralogi dari batuan induk. Juga bisa dianggap sebagai hasil dari proses isokimia metamorfisme. Dimana proses isokimia merupakan proses yang terjadi tanpa adanya penambahan unsur-unsur kimia. dalam hal ini komposisi kimianya tetap.
Fasies metamorfisme merupakan grup dari beberapa mineral dalam komposisi batuan metamorf, yang khas untuk suatu bidang tertentu dalam tekanan - suhu ruang. Rocks which contain certain minerals can therefore be linked to certain tectonic settings. Batu yang mengandung mineral tertentu sehingga dapat dihubungkan dengan beberapa tektonik pengaturan.
Penentuan fasies metamorf dapat dilakukan dengan dua cara yaitu menentukan mineral penyusun batuan atau dengan menggunakan reaksi metamorf yang dapat diperoleh dari reaksi-reaksi metamorf pada kondisi dan temperatur tertentu dari batuan metamorf


Zeolite fasies (LP / LT)
The zeolit fasies adalah fasies metamorf dengan terendah grade metamorf. Pada suhu dan tekanan rendah proses dalam batu disebut diagenesis. The fasies ini dinamai zeolit, sangat terhidrasi tectosilicates. Dapat memiliki assemblages mineral berikut:

Dalam meta-batuan dan greywackes:
• heulandite + analcime + kuarsa ± mineral lempung
• laumontite + albite + kuarsa ± klorit

Dalam meta pelites:
• Muscovite + klorit + + kuarsa albite

Prehnite-pumpellyite-fasies (LP / LT)

The prehnite-pumpellyite fasies adalah sedikit lebih tinggi tekanan dan temperatur daripada fasies zeolit. Hal ini dinamai dari mineral prehnite (a Ca - Al - phyllosilicate) dan pumpellyite (a sorosilicate). Prehnite-pumpellyite yang dicirikan oleh mineral assemblages:
Dalam meta-batuan dan greywackes:
• prehnite + pumpellyite + klorit + + kuarsa albite
• pumpellyite + klorit + epidote + + kuarsa albite
• pumpellyite + epidote + stilpnomelane + albite Muscovite + + kuarsa
Dalam metapelites:
• Muscovite + klorit + + kuarsa albite

Greenschist fasies (MP / MT)

Greenschist fasies menengah berada pada tekanan dan temperatur. The fasies ini dinamai khas schistose tekstur dari batu dan warna hijau mineral klorit, epidote dan actinolite.

Karakteristik mineral assemblages adalah:

Dalam metabasites:
• albite + klorit + epidote ± actinolite, kuarsa

Dalam metagreywackes:
• albite + kuarsa + epidote + Muscovite ± stilpnomelane
Dalam metapelites:
• Muscovite + klorit + + kuarsa albite
• Chloritoid + klorit + + kuarsa ± Muscovite paragonite
• Biotite + Muscovite + klorit + + kuarsa + albite Mn - garnet (spessartine)

Dalam Si-kaya dolostones:
• dolomit + kuarsa

Amphibolite-fasies (MP / MT-HT)

The amphibolite fasies adalah fasies tekanan menengah dan rata-rata suhu tinggi. Hal ini dinamai amphiboles yang terbentuk dalam keadaan seperti itu. Memiliki assemblages mineral berikut:

Dalam metabasites:
• hornblende + plagioclase ± epidote, garnet, cummingtonite, diopside, biotite
Dalam metapelites:
• biotite Muscovite + + kuarsa + plagioclase ± garnet, staurolite, kyanite / sillimanite
Dalam Si-dolostones:
• dolomit + kalsit + tremolite ± bedak (tekanan dan temperatur yang lebih rendah)
• dolomit + kalsit + diopside ± forsterit (tekanan dan temperatur yang lebih tinggi)

Granulite fasies (MP / HT)

The granulite fasies adalah nilai tertinggi di metamorphism tekanan menengah. Kedalaman di mana hal ini terjadi tidak konstan. Karakteristik mineral fasies ini dan pyroxene-hornblende fasies adalah orthopyroxene. Granulite fasies yang ditandai oleh assemblages mineral berikut:

Dalam metabasites:
• orthopyroxene + clinopyroxene + hornblende + plagioclase ± biotite
• orthopyroxene + plagioclase ± clinopyroxene + kuarsa
• clinopyroxene + plagioclase + garnet ± orthopyroxene (tekanan yang lebih tinggi)

Dalam metapelites:
• garnet + kordierit + sillimanite + K-felspar + kuarsa ± biotite
• sapphirine + orthopyroxene + K-felspar + kuarsa ± osumilite (pada temperatur sangat tinggi)

Blueschist fasies (MP-HP/LT)

The blueschist fasies berada pada suhu relatif rendah, tetapi tekanan tinggi, seperti terjadi pada batuan di zona subduksi. The fasies ini dinamai menurut karakter schistose bebatuan dan mineral biru glaucophane dan lawsonite. Blueschist fasies yang membentuk assemblages mineral berikut:

Dalam metabasites:
• glaucophane + lawsonite + klorit + sphene ± epidote ± phengite ± paragonite, omphacite
Dalam metagreywackes:
• kuarsa + jadeite + lawsonite ± phengite, glaucophane, klorit
Dalam metapelites:
• phengite + paragonite + carpholite + klorit + kuarsa

Dalam karbonat-batu (kelereng):
• aragonite

Eclogite fasies (HP / HT)

The eclogite fasies adalah fasies pada tekanan tinggi dan suhu tinggi. Hal ini dinamai untuk metabasic batu eclogite. Fasies yang telah eclogite mineral assemblages:

Dalam metabasites:
• omphacite + garnet ± kyanite, kuarsa, hornblende, zoisite
Dalam metagranodiorite:
• kuarsa + phengite + jadeite / omphacite + garnet
Dalam metapelites:
• phengite + garnet + kyanite + chloritoid (Mg-kaya) + kuarsa
• phengite + kyanite + bedak + kuarsa ± jadeite

Albite-epidote-hornfels fasies (LP / LT-MT)

The albite-epidote-hornfels fasies adalah fasies pada tekanan rendah dan suhu relatif rendah. Ini adalah nama untuk kedua mineral albite dan epidote, meskipun mereka adalah lebih stabil dalam fasies. Hornfels adalah sebuah batu terbentuk di kontak metamorphism, sebuah proses yang khas melibatkan suhu tinggi tetapi tekanan rendah / kedalaman.

Fasies ini dicirikan oleh mineral berikut:
Dalam metabasites:
• albite + epidote + actinolite + klorit + kuarsa
Dalam metapelites:
• Muscovite + biotite + klorit + kuarsa

HORNBLENDE HORNFELS FASIES(LP / MT)

hornblende-hornfels fasies adalah fasies dengan tekanan rendah yang sama tapi sedikit lebih tinggi suhu sebagai albite-epidote fasies. Walaupun dinamai mineral hornblende, munculnya mineral yang tidak dibatasi fasies ini. Yang hornblende-hornfels fasies memiliki assemblages mineral berikut:

Dalam metabasites:
• hornblende + plagioclase ± diopside, anthophyllite / cummingtonite, kuarsa
Dalam metapelites:
• Muscovite + biotite + andalusite + + kuarsa + kordierit plagioclase
Dalam K 2 O-miskin atau meta-sedimen batuan:
• kordierit + anthophyllite + biotite + + kuarsa plagioclase
Dalam Si-kaya dolostones:
• dolomit + kalsit + tremolite ± bedak

PYROXEN HORNFELS FASIES(LP / MT-HT)

Pyroxene-hornfels fasies adalah fasies metamorf kontak dengan suhu tertinggi dan adalah, seperti granulite fasies, dicirikan oleh mineral orthopyroxene. Hal ini ditandai oleh assemblages mineral berikut:
Dalam metabasites:
• orthopyroxene + clinopyroxene + plagioclase ± olivin atau kuarsa
Dalam metapelites:
• kordierit + kuarsa + sillimanite + K-feldspar (orthoclase) biotite ± ± garnet
(Jika suhu di bawah 750 akan ada andalusite bukan sillimanite)
• kordierit + orthopyroxene + plagioclase ± garnet, spinel
Dalam batuan karbonat:
• kalsit + forsterit ± diopside, periclase
• diopside + grossular + Wollastonite ± vesuvianite

SANIDINITE FASIES(LP / HT)

The sanidinite fasies adalah fasies langka yang sangat tinggi suhu dan tekanan rendah. Itu hanya bisa dicapai di bawah metamorf kontak tertentu-keadaan. Karena suhu tinggi pengalaman batu mencair parsial dan kaca terbentuk. Fasies ini diberi nama untuk mineral sanidine. Hal ini ditandai oleh assemblages mineral berikut:
Dalam metapelites:
• kordierit + mullite + sanidine + tridimit (sering diubah untuk kuarsa) + kaca
Dalam karbonat:
• Wollastonite + anorthite + diopside
• monticellite + melilite ± kalsit, diopside (juga tilleyite, spurrite, merwinite, larnite dan langka lainnya Ca - atau Ca - Mg-silikat.


DAFTAR PUSTAKA

http://en.wikipedia.org/wiki/Metamorphism

http://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=en&ie=UTF&sl=en&tl=id&u=http://en.wikipedia.org/wiki/Metamorphic_facies&prev=_t&rurl=translate.google.com&usg=ALkJrhitmjn1_3rFXGLHuKteK4znzQb60g

Waters, D, 1990, Fasies Metamorfisme, ......

Sabtu, 31 Oktober 2009

Fieldtrip Geologi Indonesia

Sory fren baru OL lagi jadi baru di update, nih cerita mungkin sempat jadi bahan pembicaraan beberapa minggu kemaren, kalo ada yang bilang fieldtrip itu kurang menyenangkan saya pikir kita perlu mencontohi pendahulu2 kita di bidang ini lihat saja Kakek Rab Sukamto aja masih rindu ama lapangan di Mangilu. Apalagi kita yang masih muda 2 (ehm ehm masihmuda jie tman)
klo bercerita tentang pengalaman field trip, nih field trip nggak kala seru dengan yang lain coba aja Tanya friend2 gue di Blok R 8 Hamzi. Mulai dari keberangkatan bus kita betul 2 seru sampe – sampe ada yang lengkap dengan tambahan tour ke Bantimala (istilah lainya salah jalur)



Foto 1. Anak2 Geologi Lagi Sibuk2nya Mengambil data geologi dengan metode Measuring Section

Pada umumnya batuan – batuan yang kita jumpai di field trip ini sangat bervariasi baik itu batuan metamorf High Pressure hingga Low Pressure, Batuan Sedimen laut dalam, betul – betul kompleks.



Lihat aja batuan metamorf Low Pressure berupa Green Schist dengan beberapa mineral penciri seperti Chlorite, Glaucopan, Muscovite dengan struktur Foliasi (Schisstose) tekstur Lepidoblastik.
Setelah anak2 geologi mengambil data pada stasiun 1 kita pun berjalan relative ke arah barat laut kita menemukan batuan high pressure dengan ditemukannya beberapa mineral HP seperti Garnet.



Berbicara mengenai Garnet kita telah ketahui mineral garnet ((Ca, Na) Mg Al SiO12 ) merupakan mineral Logam yang terdiri atas 5 dimana mineral Garnet yang kaya akan unsure Mg disebut mineral Pyrope, Mineral garnet yang kaya akan unsure Fe disebut mineral Almandite, mineral garnet yang kaya akan unsure Ca disebut mineral Grosular sedangkan jika kaya akan unsure Mn disebut mineral Spesartine dan jika kaya akan unsure Na disebut Andradite.



Kenampakan proses Struktur berupa sesar naik dimana Green Schist naik ke permukaan dimana Baturijang menindih Batuan Metamorf (Green Schist).

Berikut Video Kompleks Tektonik Bantimala :

Minggu, 18 Oktober 2009

Minyak Bumi (Cruide Oil)

Komponen kimia dari minyak bumi dipisahkan oleh proses distilasi, yang kemudian, setelah diolah lagi, menjadi minyak tanah, bensin, lilin, aspal, dll.

Minyak bumi terdiri dari hidrokarbon, senyawaan hidrogen dan karbon.

Empat alkana teringan- CH4 (metana), C2H6 (etana), C3H8 (propana), dan C4H10 (butana) - semuanya adalah gas yang mendidih pada -161.6 °C, -88.6 °C, -42 °C, dan -0.5 °C, berturut-turut (-258.9°, -127.5°, -43.6°, dan +31.1° F).

Rantai dalam wilayah C5-7 semuanya ringan, dan mudah menguap, nafta jernih. Senyawaan tersebut digunakan sebagai pelarut, cairan pencuci kering (dry clean), dan produk cepat-kering lainnya. Rantai dari C6H14 sampai C12H26 dicampur bersama dan digunakan untuk bensin. Minyak tanah terbuat dari rantai di wilayah C10

Minyak pelumas dan gemuk setengah-padat (termasuk Vaseline®) berada di antara C16 sampai ke C20.

Rantai di atas C20 berwujud padat, dimulai dari "lilin, kemudian tar, dan bitumen aspal.

Titik pendidihan dalam tekanan atmosfer fraksi distilasi dalam derajat Celcius:

* minyak eter: 40 - 70 °C (digunakan sebagai pelarut)
* minyak ringan: 60 - 100 °C (bahan bakar mobil)
* minyak berat: 100 - 150 °C (bahan bakar mobil)
* minyak tanah ringan: 120 - 150 °C (pelarut dan bahan bakar untuk rumah tangga)
* kerosene: 150 - 300 °C (bahan bakar mesin jet)
* minyak gas: 250 - 350 °C (minyak diesel/pemanas)
* minyak pelumas: > 300 °C (minyak mesin)
* sisanya: tar, aspal, bahan bakar residu

Beberapa ilmuwan menyatakan bahwa minyak adalah zat abiotik, yang berarti zat ini tidak berasal dari fosil tetapi berasal dari zat anorganik yang dihasilkan secara alami dalam perut bumi. Namun, pandangan ini diragukan dalam lingkungan ilmiah.
[sunting] Negara penghasil minyak bumi terbesar

(Diurutkan berdasar jumlah produksi tahun 2006) dan total produksi1nya dalam juta barrel per hari

1. Flag of Saudi Arabia.svg Arab Saudi - 10,665
2. Flag of Russia.svg Rusia - 9,667
3. Flag of the United States.svg Amerika Serikat2 - 8,331
4. Flag of Iran.svg Iran - 4,148
5. Flag of the People's Republic of China.svg Republik Rakyat Cina - 3,858
6. Flag of Mexico.svg Meksiko - 3,707
7. Flag of Canada.svg Kanada - 3,288
8. Flag of the United Arab Emirates.svg Uni Emirat Arab - 3,0
9. Flag of Venezuela.svg Venezuela - 2,803
10. Flag of Norway.svg Norwegia - 2,786
11. Flag of Kuwait.svg Kuwait - 2,675
12. Flag of Nigeria.svg Nigeria - 2,443
13. Flag of Brazil.svg Brasil - 2,166
14. Flag of Algeria.svg Aljazair - 2,122
15. Flag of Iraq.svg Irak - 2,008



(Diurutkan berdasar jumlah yang diekspor di 2006) dan total ekspor dalam juta barrel per hari

* Flag of Saudi Arabia.svg Arab Saudi - 8,651
* Flag of Russia.svg Rusia - 6,565
* Flag of Norway.svg Norwegia - 2,524
* Flag of Iran.svg Iran - 2,519
* Flag of the United Arab Emirates.svg Uni Emirat Arab - 2,515
* Flag of Venezuela.svg Venezuela - 2,203
* Flag of Kuwait.svg Kuwait - 2,150
* Flag of Nigeria.svg Nigeria - 2,146
* Flag of Algeria.svg Aljazair - 1,847
* Flag of Mexico.svg Meksiko - 1,676
* Flag of Libya.svg Libya - 1,525
* Flag of Iraq.svg Irak - 1,438
* Flag of Angola.svg Angola - 1,365
* Flag of Kazakhstan.svg Kazakhstan - 1,114
* Flag of Canada.svg Kanada - 1,071

Catatan:
1 Total produksi termasuk minyak mentah, gas alam, kondesat dan cairan lainnya.
2 Flag of the United States.svg Amerika Serikat mengkonsumsi seluruh minyak yang diproduksinya.
3 Yang dicetak tebal adalah negara-negara anggota OPEC.

Sumber: Statistika Energi dari pemerintah AS

Rabu, 12 Agustus 2009

Zeolit




Kenampakan Zeolite yang berada di Konawe Utara yang keberadaannya sekitar mata air panas. bukti potensi Geothermal Sulawesi yang sangat potensial

Minggu, 12 Juli 2009

Jika Allah Menarik Perhatian Kita

Assalaamu 'alaikum wa rahmatullaahi wa barakaatuh
Salam sejahtera untuk kita semua

Sahabat...
Dikisahkan, seorang mandor bangunan sedang bekerja di sebuah gedung bertingkat.
Suatu ketika ia ingin menyampaikan pesan penting kepada tukang yang sedang bekerja di lantai bawahnya.
Mandor ini berteriak-teriak memanggil seorang tukang bangunan yang sedang bekerja di lantai bawahnya,
agar mau mendongak ke atas sehingga ia dapat menjatuhkan catatan pesan.
Karena suara mesin-mesin dan pekerjaan yang bising,
tukang yang sedang bekerja di lantai bawahnya tidak dapat mendengar panggilan dari sang Mandor.
Meskipun sudah berusaha berteriak lebih keras lagi,
usaha sang mandor tetaplah sia-sia saja.

Akhirnya untuk menarik perhatian,
mandor ini mempunyai ide melemparkan koin uang logam yang ada di kantong celananya ke depan seorang tukang yang sedang bekerja di lantai bawahnya.
Tukang yang bekerja dibawahnya begitu melihat koin uang di depannya,
berhenti bekerja sejenak kemudian mengambil uang logam itu,
lalu melanjutkan pekerjaannya kembali.
Beberapa kali mandor itu mencoba melemparkan uang logam,
tetapi tetap tidak berhasil membuat pekerja yang ada di bawahnya untuk mau mendongak keatas.

Tiba-tiba mandor itu mendapatkan ide lain,
ia kemudian mengambil batu kecil yang ada di depannya dan melemparkannya tepat mengenai seorang pekerja yang ada dibawahnya.
Karena merasa sakit kejatuhan batu,
pekerja itu mendongak ke atas mencari siapa yang melempar batu itu.
Kini sang mandor dapat menyampaikan pesan penting dengan menjatuhkan catatan pesan dan diterima oleh pekerja dilantai bawahnya.

Sahabat yang baik, untuk menarik perhatian kita manusia sebagai hambaNya,
Allah seringkali menggunakan cara-cara yang menyenangkan,
maupun kadangkala dengan pengalaman-pengalam an yang menyakitkan.
Allah seringkali menjatuhkan "koin uang" atau memberikan kemudahan rejeki yang berlimpah kepada kita manusia,
agar mau mendongak keatas,
mengingatNya,
menyembah-Nya,
mengakui kebesaran-Nya
dan lebih banyak bersyukur atas rahmat-Nya.
Tuhan seringkali memberikan begitu banyak berkat, rahmat dan kenikmatan setiap harinya kepada kita manusia,
agar kita mau menengadah kepada-Nya dan bersyukur atas karunia-Nya.
Namun, sayangnya seringkali hal itu tidak cukup membuat kita manusia untuk mau mendongak keatas,
mengingat kebesaran-Nya,
menengadah kepada-Nya,
mengagungkan nama-Nya
dan bersyukur atas rahmat-Nya.

Karena itu, kadang-kadang Tuhan menggunakan pengalaman-pengalam an menyakitkan,
seperti musibah,
kegagalan,
rasa sakit,
kelaparan
dan berbagai pengalaman menyakitkan lainnya untuk menarik perhatian manusia agar mau mendongak keatas.
Menarik perhatian untuk mau menengadah kepada-Nya,
menyembah kepada-Nya,
mengakui kebesaran-Nya
dan bersyukur atas rahmat-Nya.

Dengan demikian, pengalaman-pengalam an menyakitkan yang kadang kala diterima manusia,
hendaknya diterima sebagai peringatan dari Tuhan untuk menarik perhatian kita.
Hendaknya hal itu membuat kita semakin mempererat hubungan dengan Allah atau "habl min Allah."
Hendaknya hal itu mengajarkan kita untuk mengakui kebesaran dan kekuasaan Allah,
dan menyadarkan kita adalah makhluk-Nya yang sangat lemah dan tidak berdaya.

Sahabat yang baik, sudah begitu banyaknya rahmat dan berkah Allah senantiasa mengalir setiap detiknya kepada kita semua manusia.
Seperti memiliki pekerjaan yang baik,
memiliki kesehatan yang kita rasakan,
kelengkapan panca indra yang menopang kehidupan kita,
mendapatkan rejeki yang kita nikmati setiap hari,
keluarga yang bahagia yang kita miliki dan lain sebagainya.
Semua itu sesungguhnya adalah rahmat dan berkah dari Allah SWT yang tak ternilai harganya.
Kini apakah Anda akan segera menengadahkan wajah kepada-Nya, ataukah menunggu Allah menjatuhkan "batu" kepada kita ?.

Firman Allah:
Dan apabila Kami memberikan NI'MAT kepada manusia, ia BERPALING dan MENJAUHKAN DIRI; tetapi apabila ia ditimpa MALAPETAKA maka ia banyak BERDO'A. (QS. 41:51)

Tahapan Eksplorasi untuk Batubara

1. Survei Tinjau
untuk mengetahui apa daerah ini mengandung batubara

Peta dasar Skala sekurang - kurangnya 1 : 100.000

Informasi yang harus di dapatkan :
- Kondisi Geografi
- Tata guna Lahan
- Kesampaian daerah

2. Prospeksi
Mengetahui sebaran Endapan batubara

Informasi yang harus di dapatkan :
- Pemetaaan Geologi 1 : 50.000
- Penampang stratigrafi
- Buat parit, Sumuran, Pemboran uji
- Percontohan, Analysis
- Eksplorasi Geofisika kalo di perlukan

3. Eksplorasi Pendahuluan
Membuat Gambaran Awal 3 Dimensi

Informasi yang harus didapatkan :
- Ketebalan lapisan - Kuantitas
- Bentuk - Struktur
- Sebaran - Kualitas
- Korelasi
- Pemetaan Geologi 1 : 10.000

4. Eksplorasi Rincian
Kuantitas dan Kualitas serta model 3 dimensi Rinci

Informasi yang harus didapatkan
- Pemetaan Geologi 1 : 2000
- Logging
- Pengkajian Geohidrologi
- buat rencana Penambangan

Kamis, 16 April 2009

Hidup Sehat Ala Rasulullah SAW

Para pakar kesehatan menyatakan bahwa udara sepertiga malam terakhir sangat kaya
dengan oksigen dan belum terkotori oleh zat-zat lain, sehingga sangat bermanfaat
untuk optimalisasi metabolisme tubuh. Hal ini jelas sangat besar pengaruhnya
terhadap vitalitas seseorang dalam aktivitasnya selama seharian penuh.

Contohlah Rasulullah, yang setiap subuh selalu mendapat asupan udara segar.
Beliau bangun sebelum subuh dan melaksanakan qiyamul lail. Biasanya orang yang
memulai kehidupan di pagi hari dengan bangun subuh, akan menjalani hari dengan
penuh semangat dan optimisme. Berbeda dengan orang yang tidak bangun di subuh
hari, biasanya lebih mudah terserang rasa malas untuk beraktivitas.

Untuk menjaga kesehatan mulut dan giginya pada pagi hari, Rasulullah SAW biasa
memakai siwak. Siwak mengandung flour yang sangat bermanfaat dalam menjaga
kesehatan gigi dan gusi. Mulut dan gigi merupakan organ tubuh yang sangat
berperan dalam konsumsi makanan. Apabila mulut dan gigi sakit, maka biasanya
proses konsumsi makanan menjadi terganggu.

Rasulullah saw membuka menu sarapannya dengan air dingin yang dicampur dengan
madu. Dalam Al Qur'an, madu merupakan syifaa (obat) yang diungkapkan dengan isim
nakiroh, menunjukkan arti umum dan menyeluruh. Pada dasarnya madu bisa menjadi
obat atas berbagai penyakit. Madu berfungsi untuk membersihkan lambung,
mengaktifkan usus-usus, dan menyembuhkan sembelit, wasir, luka bakar, dan
peradangan.

Tujuh butir kurma ajwa (matang) menjadi kebiasaan Rasulullah saw menjelang
siang. Beliau pernah bersabda, "Barang siapa yang makan tujuh butir kurma, maka
akan terlindungi dari racun." Hal ini terbukti ketika seorang wanita Yahudi
menaruh racun dalam makanan Rasulullah pada sebuah percobaan pembunuhan di
perang Khaibar, racun yang tertelan oleh beliau kemudian bisa dinetralisir oleh
zat-zat yang terkandung dalam kurma. Sementara itu Bisyir ibu al Barra', salah
seorang sahabat yang ikut makan racun tersebut akhirnya meninggal, tetapi
Rasulullah saw selamat dari racun tersebut. Rahasianya adalah tujuh butir kurma
yang biasa dikonsumsi Rasulullah saw.

Menjelang sore hari, menu Rasulullah biasanya adalah cuka dan minyak zaitun.
Tentu saja tidak hanya cuka dan minyak zaitun, tetapi dikonsumsi dengan makanan
pokok seperti roti. Manfaatnya banyak sekali, diantara mencegah lemah tulang,
kepikunan, melancarkan sembelit, menghancurkan kolesterol, dan melancarkan
pencernaan.

Di malam hari, menu utama makan malam Rasulullah adalah sayur- sayuran. Secara
umum, sayuran memiliki kandungan zat dan fungsi yang sama, yaitu menguatkan daya
tahan tubuh dan melindunginya dari serangan penyakit.

Setelah makan malam Rasulullah tidak langsung tidur. Beliau beraktivitas
terlebih dahulu supaya makanan yang dikonsumsi masuk lambung dengan cepat dan
mudah dicerna. Caranya bisa juga dengan shalat. Rasulullah saw bersabda:
"Cairkan makanan kalian dengan berdzikir kepada Allah dan shalat, serta
janganlah kalian langsung tidur setelah makan, karena dapat membuat hati kalian
menjadi keras."

Artikel diatas diambil dari buku Panduan Diet Ala Rasulullah yang ditulis oleh
Indra Kusumah SKL, S.Psi. Buku ini mengulas tentang pola makan Rasulullah saw
sehari-hari, adab makan Rasulullah, makanan kesukaan Rasulullah serta
khasiatnya, makanan dan minuman yang kurang disukai Rasulullah saw, makanan dan
minuman yang dilarang Rasulullah, dan lain sebagainya.

Panduan Diet Ala Rasulullah mencoba menggabungkan unsur keteladanan diet ala
Rasulullah dengan pengetahuan ilmiah. Buku ini diterbitkan oleh QultumMedia.

Minggu, 05 April 2009

Struktur Batuan Metamorf



Struktur batuan ini terbagi menjadi dua yaitu :

a. Struktur Foliasi

Struktur foliasi merupakan struktur yang memperlihatkan adanya suatu penjajaran mineral-mineral penyusun batuan metamorf. Struktur ini terdiri atas :

- Struktur Slatycleavage

- Struktur Gneissic

- Struktur Phylitic

- Struktur Schistosity

b. Struktur Non Foliasi

Struktur non foliasi merupakan struktur yang tidak memperlihatkan adanya penjajaran mineral penyusun batuan metamorf. Struktur ini terdiri atas :

- Struktur Hornfelsik

- Struktur Milonitik

- Struktur Kataklastik

- Struktur Flaser

- Struktur Pilonitik

- Struktur Augen

- Struktur Granulosa

- Struktur Liniasi

Macam-macam Proses Endogenik




Seperti yang telah anda ketahui pada postingan sebelumnya proses endogenik merupakan proses pembentukan bentang alam yang disebabkan tenaga dari dalam kulit bumi.

Proses ini dibedakan menjadi :

1. Diastropisme, yaitu proses deformasi besar-besaran dari bumi. Proses ini dibedakan menjadi :

- Epirogenik, yaitu pengangkatan dan penurunan kontinen atau subkontinen, maksudnya yaitu epirogenik merupakan gerak yang dapat menimbulkan permukaan bumi seolah turun atau naik, disebabkan karena gerakan di bumi yang lambat dan meliputi daerah yang luas gerak epirogenetik di bedakan menjadi dua, yaitu gerak epirogenetik positif dan gerak epirogenetik negatif. Gerak epirogenetik positif adalah gerakan permukaan bumi turun dan seolah olah permukaan air laut naik. Contoh, turunya pulau-pulau di kawasan Indonesia timur (Kepulauan Maluku dan kepulauan Benda. Gerak epirogenetic negatif adalah gerakan permukaan bumi seolah-olah permukaan bumi naik dan seolah olah permukaan air turun. Contoh, naiknya dataran tinggi Colorado

- Orogenetik, yaitu proses pembentukan pegunungan. Gerak orogenetik ini dapat menimbulkan lipatan (fold), patahan (fault) dan kekar. Untuk penjelasan mengenai lipatan, patahan, dan kekar akan kita bahas nanti.

Gambar lipatan

b. Vulkanisme, yaitu proses naik dan munculnya magma ke permukaan bumi. Proses terjadinya vulkanisme dipengaruhi oleh aktivitas magma yang menyusup ke lithosfer. Jika magma hanya menyusup sebatas kulit bumi bagian dalam atau tidak sampai keluar dinamakan intrusi magma. Sedangkan penyusupan magma sampai keluar permukaan bumi disebut ekstrusi magma. Dalam proses ini terjadi pendinginan magma yang akan membentuk batuan

Golongan Batuan Sedimen ( R.P Koesoemadinata, 1980 )


Ada enam golongan utama batuan sedimen, ( R.P Koesoemadinata, 1980 ) yaitu :

Golongan Detritus Kasar

Merupakan golongan batuan sedimen yang diendapkan dengan proses mekanis. Termasuk dalam golongan ini antara lain, breksi (jika butirannya berbentuk meruncing), konglomerat (jika butirannya berbentuk membulat) dan batu pasir. Lingkungan tempat diendapkannya batuan ini dapat dilingkungan sungai, danau ataupun laut.


Gurun Pasir

pasir merah

Golongan Detritus Halus

Batuan yang termasuk golongan ini pada umumnya diendapkan dilingkungan laut dari laut dangkal sampai laut dalam. Termasuk golongan ini antara lain batu lanau, serpih, batulempung dan napal.

Golongan Karbonat

Batuan ini umum sekali terbentuk dari sekumpulan cangkang moluska, algae, foraminifera atau lainnya yang bercangkang kapur. Jenis batuan ini banyak sekali, tergantung material penyusunnya, misalnya batu gamping terumbu yang tersusun oleh material terumbu.

Gamping Terumbu

Golongan Silika

Proses terbentuknya batuan ini adalah gabungan antara proses organik, dan kimiawi untuk lebih menyempurnakannya. Yang termasuk golongan ini adalah rijang, radiolaria, dan tanah diatom. Batu jenis ini tersebar hanya dalam jumlah sedikit dan terbatas.

Golongan Evaporit

Pada umumnya batuan ini terbentuk dilingkungan danau atau laut yang tertutup dan untuk terjadinya, batuan sedimen ini harus ada air yang memiliki kandungan larutan kimia yang cukup pekat. Yang termasuk ke dalam golongan ini yaitu gipsum, anhydrit, batu garam dan lain – lain.

Golongan Batubara

Batuan sedimen ini terbentuk dari unsur – unsur organik, yaitu dari tumbuh – tumbuhan dimana sewaktu tumbuhan tersebut mati, dengan cepat tertimbun oleh suatu lapisan yang tebal diatasnya sehingga tidak memungkinkan untuk terjadi pelapukan terlebih dahulu. Lingkungan terbentuknya batubara sangat khusus sekali.




tingkatan batubara

Klasifikasi Batuan Beku Berdasarkan Kimiawi ( CJ. Hughes, 1962 )


1. Batuan Beku Asam jika mengandung SiO2 lebih dari 66%. Contohnya Granit , Rhyolit

granit

2. Batuan beku Menengah/ intermediate jika mengandung SiO2 52-66% . Contohnya Diorit, andesit.


diorit

3. Batuan Beku basa jika mengandung SiO2 45-52%. Contohnya Gabro , Basalt.

gabro

basalt

4. Batuan Beku ultra basa jika mengandung SiO2 kurang dari 52%. Contohnya Peridotit, dunit.


peridotit



Struktur Sedimen (Pettijohn, 1975)


Studi struktur Sedimen paling baik dilakukan di lapangan ( Pettijohn, 1975 ), dapat dikelompokkan menjadi tiga macam struktur, yaitu :

1. Struktur Sedimen Primer
Struktur ini merupakan struktur sedimen yang terbentuk karena proses sedimentasi dapat merefleksikan mekanisasi pengendapannya. Contohnya seperti perlapisan, gelembur gelombang, perlapisan silang siur, konvolut, perlapisan bersusun, dan lain-lain. (Suhartono, 1996 : 47)
Struktur primer adalah struktur yang terbentuk ketika proses pengendapan dan ketika batuan beku mengalir atau mendingin dan tidak ada singkapan yang terlihat. Struktur primer ini penting sebagai penentu kedudukan atau orientasi asal suatu batuan yang tersingkap, terutama dalam batuan sedimen.
Struktur yang terbentuk sewaktu proses pengendapan sedang berlangsung termasuk lapisan mendatar (flat bedding), lapisan silang, laminasi, dan laminasi silang yang mikro (micro-crosslamination), yaitu adanya kesan riak. (Mohamed, 2007).

2. Struktur Sedimen Sekunder
Struktur yang terbentuk sesudah proses sedimentasi, sebelum atau pada waktu diagenesa. Juga merefleksikan keadaan lingkungan pengendapan misalnya keadaan dasar, lereng dan lingkungan organisnya. Antara lain : beban, rekah kerut, jejak binatang.

3. Struktur Sedimen Organik
Struktur yang terbentuk oleh kegiatan organisme, seperti molusca, cacing atau binatang lainnya. Antara lain : kerangka, laminasi pertumbuhan.

STRUKTUR BATUAN BEKU

Struktur Batuan beku terdiri atas :

- Massive
Struktur massive meruoakan struktur batuan beku yang dimana kenampakan batuan beku ini sangat kompak atau solid tanpa adanya lubang - lubang yang biasa diakibatkan oleh gelembung - gelembung gas.

- vesicle
Struktur vesicle merupakan struktur batuan beku yang dimana kenampakan batuan berlubang - lubang yang diakibatkan karena gelembung - gelembung gas dari aktivitas vulkanisme / magmatisme

vesicle kemudia terdiri atas :
- scoriaceous
- vesiculer
- Amigdaloidal

by : Rahmat G05

Rabu, 01 April 2009

Bantimala












*Peta topografi daerah ini terpetakan dalam lembar Pangkajene skala 1 : 50000 nomor 2011-31, bakosurtanal edisi Januari 1991.


TEKTONIK SULAWESI SELATAN DENGAN ACUAN KHUSUS CIRI - CIRI HIMPUNAN BATUAN DAERAH BANTIMALA


By: Rab Sukamto
S2 - Geology
Created: 1985-00-00 , with 1 file(s).

Keywords: The "Bontorio metamorphics" is interpreted as a result of metamorphism of sedimentary rocks at the deep zone of fore arc basin of a Triassic arc-trench system.
Call Number: T 551.809 598 4 SUK

Batuan yang tersingkap di daerah Bantimala dan sekitarnya merupakan himpunan-himpunan batuan yang terjadi dalam lingkungan tektonik yang berbeda sejak zaman Trias sampai zaman Kuarter. Beberapa sistem tektonik dapat dikenali berdasarkan ciri-ciri himpunan batuan serta strukturnya. Macam-macam himpunan batuan tersebut memberikan gambaran yang sesuai bila diterangkan kejadiannya dengan teori tektonik lempeng. Baik macam himpunannya, hubungan stratigrafinya maupun strukturnya menandakan suatu pengertian yang jelas di dalam evolusi geologi yang pendekatannya berdasarkan teori tektonik lempeng. Himpunan batuan berumur dari Trias sampai Kapur Awal merupakan himpunan batuan "allochthone" yang tercampuraduk serta terimbrikasi secara tektonik, terdiri dari "batuan ultramafik Kayubiti", "batuan metamorfosis Bontorio", "batupasir Paremba", "basal Dengengdengeng", "breksi sekis" dan "rijang Paring", yang secara bersama menyusun "Komplek Melange Bantimala". Himpunan batuan berumur dari Kapur Akhir sampai Pliosen merupakan himpunan batuan "autochthone" yang superposisi serta hubungannya dapat diamati dengan jelas.

Sedimen "flysch" Formasi Balangbaru yang berumur Kapur Akhir menindih tak selaras "Komplek Melange Bantimala", dan ditindih berturut-turut oleh batuan volkanik Formasi Alla, sedimen terestrial Formasi Malawa, karbonat paparan Formasi Tonasa, batuan volkaniklastik serta volkanik yang menyusun formasi-formasi Benrong, Kunyikunyi, Ceppiye, serta Tondongkarambu, dan diakhiri oleh endapan darat berasal longsoran serta runtuhan yang berumur Pliosen. Batuan yang tersingkap di daerah Bantimala dan sekitarnya merupakan himpunan-himpunan batuan yang terjadi dalam lingkungan tektonik yang berbeda sejak zaman Trias sampai zaman Kuarter.

Beberapa sistem tektonik dapat dikenali berdasarkan ciri-ciri himpunan batuan serta strukturnya. Macam-macam himpunan batuan tersebut memberikan gambaran yang sesuai bila diterangkan kejadiannya dengan teori tektonik lempeng. Baik macam himpunannya, hubungan stratigrafinya maupun strukturnya menandakan suatu pengertian yang jelas di dalam evolusi geologi yang pendekatannya berdasarkan teori tektonik lempeng. Himpunan batuan berumur dari Trias sampai Kapur Awal merupakan himpunan batuan "allochthone" yang tercampuraduk serta terimbrikasi secara tektonik, terdiri dari "batuan ultramafik Kayubiti", "batuan metamorfosis Bontorio", "batupasir Paremba", "basal Dengengdengeng", "breksi sekis" dan "rijang Paring", yang secara bersama menyusun "Komplek Melange Bantimala". Himpunan batuan berumur dari Kapur Akhir sampai Pliosen merupakan himpunan batuan "autochthone" yang superposisi serta hubungannya dapat diamati dengan jelas. Sedimen "flysch" Formasi Balangbaru yang berumur Kapur Akhir menindih tak selaras "Komplek Melange Bantimala", dan ditindih berturut-turut oleh batuan volkanik Formasi Alla, sedimen terestrial Formasi Malawa, karbonat paparan Formasi Tonasa, batuan volkaniklastik serta volkanik yang menyusun formasi-formasi Benrong, Kunyikunyi, Ceppiye, serta Tondongkarambu, dan diakhiri oleh endapan darat berasal longsoran serta runtuhan yang berumur Pliosen. "Batuan metamorfosis Bontorio" ditafsirkan sebagai hasil metamorfosis batuan sedimen di bagian bawah cekungan busur-depan pada suatu sistem busur-palung zaman Trias. "Batupasir Paremba" adalah endapan cekungan tepi kerak benua pada zaman Jura Awal-Jura Tengah, dan "basal Dengengdengeng" ke luar melalui retakan kerak benua pada zaman itu. "Breksi sekis" ditafsirkan sebagai turbidit "fluxo" di cekungan tepi kerak-benua pada zaman Jura Akhir, dan "rijang Paring" sebagai endapan laut dalam beralaskan "breksi sekis" pada zaman Jura Akhir-Kapur Awal. "Batuan ultramafik Kayubiti" ditafsirkan sebagai kerak samudera yang terjadi di cekungan antar-busur pada zaman Trias. Berbagai macam himpunan batuan yang lingkungan terjadinya berbeda itu telah tercampuraduk serta terimbrikasi secara tektonik, dan membentuk "komplek melange" pada sistem busur-palung zaman Kapur Tengah. Sedimen "flysch" Formasi Balangbaru sebagai himpunan batuan "autochthone" tertua yang beralaskan "komplek melange" tersebut, telah diendapkan di dalam cekungan busurdepan pada sistem busur-palung zaman Kapur Akhir. Batuan volkanik Formasi Alla adalah bagian dari busur magmatik kala Paleosen yang menerobos Formasi Balangbaru. Sedimen terestrial Formasi Malawa diendapkan di darat sebagai hasil pendataran pada kala Eosen Awal. Karbonat Formasi Tonasa telah diendapkan dalam lingkungan paparan selama kala Eosen Akhir-Miosen Awal. Batuan volkaniklastik dan volkanik dari Formasi Benrong, Formasi Kunyikunyi, Formasi Ceppiye dan Formasi Tondongkarambu adalah bagian dari busur magmatik kala Miosen Tengah-Miosen Akhir. Se jak Pliosen daerah Bantimala dan sekitarnya telah mengalami pengangkatan dan erosi yang berlangsung hingga sekarang. Dengan memperhatikan kesebandingan himpunan batuan, kedudukan stratigrafi serta hubungan tektonik antara ber bagai himpunan batuan di daerah Bantimala dan yang ada di daerah sekitarnya, maka perkembangan geologi regional wilayah Sulawesi dapat dikenali. Sistem busur-palung zaman Kapur Tengah yang menyebabkan berbagai himpunan batuan dari Trias sampai Kapur Awal tercampuraduk serta terimbrikasi di daerah Bantimala, telah terjadi membentang S-U di sisi timur Kraton Sunda yang kenampakannya sekarang berupa "lajur sutur" TG-BL dari "Komplek Melange Bantimala", anomali aeromagnet tak teratur di Selat Makassar sampai "Komplek Melange Boyan" di Kalimantan Barat.

Dalam perkembangan selanjutnya, daerah yang semula berupa lajur tunjaman Kapur Tengah itu kemudian menjadi cekungan busur-depan Kapur Akhir di sisi timur Kraton Sunda pada zaman diendapkannya Formasi Balangbaru. Pada Kapur Akhir itu Kraton Sunda mulai berputar lawan-jarum-jam, dan diikuti tumbuhnya sistem busur–palung di sisi selatannya yang di antaranya membentuk batuan volkanik Formasi Alla pada kala Paleosen. Perputaran dan pengangkatan Kraton Sunda diikuti oleh peretakan selama Paleosen Akhir-Eosen Awal, sehingga terjadi sedimen terestrial yang sangat luas yang di Sulawesi Selatan menghasilkan Formasi Malawa. Penurunan perlahan te lah menghasilkan endapan karbonat paparan yang sangat luas selama Eosen Akhir-Miosen Tengah yang di Sulawesi Selatan berupa Formasi Tonasa. Perputaran Kraton Sunda yang menerus dan terjadinya perubahan arah gerak Lempeng Pasifik, yang semula ke utara kemudian ke barat sejak Eosen Tengah, maka bagian timur sistem busur-palung di sisi selatan Kraton Sunda menjadi melengkung ke arah BD-TL. Sistem busur-palung di,bagian timur itu kemudian menjadi sistem busur-palung Sulawesi di sisi tenggara Kraton Sunda, dan terpisah dari sistem busur-palung Jawa-Nusatenggara yang mulai berkembang sejak Miosen Awal. Gerakan ke barat Lempeng Pasifik yang tercepatkan sejak Miosen Awal telah menyebabkan di antaranya, selama Miosen Tengah-Miosen Akhir, Batur Tukang Besi serta Batur Banggai-Sula membentur Busur Sulawesi Timur, dan Busur Sulawesi Timur melanggar sistem busur-palung Sulawesi. Akibat dari benturan serta pelanggaran itu maka Busur Sulawesi Timur menyatu dengan Busur Sulawesi Barat yang keduanya melengkung membentuk huruf K, dan kegiatan magma di Busur Sulawesi Barat sebelah selatan Katulistiwa mulai mereda sejak Pliosen.

Translation:

Rocks exposed in Bantimala area and its surroundings comprise of some rock association which have originated in different tectonic environments since Triassic to Quaternary periods. Certain tectonic systems are identifiable through their characteristic of rock association and structure. Various rock associations occurred in the area of Bantimala and its surroundings show features of matching to be explained with plate tectonic theory. The rock association and their stratigraphic as well as their tectonic relationship indicate a clear understanding of geologic evolution in the light of plate tectonic theory. Associations of rocks of Triassic to Early Cretaceous in age constitute of allochthonous rock association which tectonically mixed up and imbricated, consist of "Kayubiti ultramafics", "Bontorio metamorphics", "Paremba sandstone", "Dengengdengeng basalt", "schist breccia" and "Paring chert", all together forming "Bantimala Melange Complex". Associations of rocks of Late Cretaceous to Pliocene in age constitute of autochthonous units showing their superposition and relationship to be clearly observed. Flysch sediments of Balangbaru Formation of Late Cretaceous in age ovelies unconformably "Bantimala Melange Complex", and successively overlain by volcanic rocks of Alla Formation, terestrial sediments of Malawa Formation, shelf carbonate of Tonasa Formation, volcaniclastics and volcanics constructing formations of Benrong, Kunyikunyi, Ceppiye and Tondongkarambu, and terminated by terestrial deposits derived from landslide and rockfall masses at Pliocene. The "Bontorio metamorphics" is interpreted as a result of metamorphism of sedimentary rocks at the deep zone of fore arc basin of a Triassic arc-trench system. The "Paremba sandstone" is deposits of Early - Middle Jurassic period in a basin of continental crust margin, and "Dengengdengeng basalt" irrupted through continental fisures of the same period. "Schist breccia" is interpreted to be fluxo turbidite irk basin of continental margin during Late Jurassic, and "Paring chert" is deep sea sediments of Late Jurassic-Early Cretaceous deposited on top of "schist breccia". "The Kayubiti ultramafics" is interpreted as oceanic crust occurred in an interarc basin during the Triassic period. Those various rock association occurred at different environment had been tectonically mixed up and imbricated forming melange complex at a Middle Cretaceous arc-trench system. Flysch sediments of Balangbaru Formation, as the oldest autochthonous unit, has been deposited overlying melange complex in a forearc basin of Late Cretaceous arc-trench system. The volcanic rocks of Alla Formation is part of Paleocene magmatic arc intruded the Balangbaru Formation. The terestrial sediments of Malawa Formation was deposited on land as a product of Early Eocene paneplanisation. The carbonate of Tonasa Formation deposited on a shelf environment during Late Eocene-Early Miocene. The volcaniclastic and volcanic rocks constructing the Benrong Formation, Kunyikunyi Formation, Ceppiye Formation and Tondongkarambu Formation are parts of a Middle Late Miocene magmatic arc. Since Pliocene time the Bantimala area and its surroundings affected regional uplifting and erosion commencing up to the present day. By comparing similarities of rock association, stratigraphic position and tectonic relationship between the various rock units of Bantimala area and of which occurred at surrounding areas the evolution of regional geology of Sulawesi could be identified.. The Middle Cretaceous arctrench system which brought about a mixture and imbrica tion of various rock association of Triassic to Early Cretaceous age in Bantimala area occurred stretching S-N at the eastern margin of Sunda Craton. It's appearance at present is a suture zone trending SE-NW from the Bantimala Melange Complex, the irregular aeromagnetic anomalies in Makassar strait, to the Boyan Melange Complex in West Kalimantan. Further development indicates that the previous Middle Cretaceous subduction zone had changed into a forearc basin at the eastern margin of Sunda Craton during the Late Cretaceous when then Balangbaru Formation was deposited.
Since the Late Cretaceous, Sunda Craton rotated counterclockwisely and followed by development of arctrench system at the southern margin of Sunda Craton producing among of them the volcanic rocks of Alla Formation during the Paleocene. Rotation and uplifting of Sunda Craton was followed by rifting commenced during the Late Paleocene to Early Eocene, subsequently a very broad terrestrial sediments occurred which part of them is Ma lawa Formation in South Sulawesi. Gradually subsidence resulted a very extensive shelf carbonate deposits during Late Eocene-Middle Miocene which part of them is Tonasa Formation in South Sulawesi. Continue rotation of Sunda Craton and change of direction of movement of Pacific Plate, originally to the north and then to the west since Middle Eocene, the eastern part of arc trench system at the southern margin of Sunda Craton bent northeastward. Later the eastern part of arc-trench system became Sulawesi arc-trench system at the southeast margin of Sunda Craton, and separated from Java-Nusatenggara arc-trench system which has developed since Early Miocene. Westward movement of Pacific Plate which was . accelerated since Early Miocene affected among of them, during Middle Miocene to Late Miocene, the Tukang Besi and the Banggai-Sula platforms collided to the Eastern Sulawesi Arc, and the Eastern Sulawesi Arc overrod the Sulawesi arc-trench system. As the result of collision and overriding the Eastern Sulawesi Arc amalgamated with the Western Sulawesi Arc, bent together to form a K-shape, and the magmatic activity at the Western Sulawesi Arc of south of Equator started to decline since Pliocene.

Senin, 30 Maret 2009

Petrologi Batuan Beku

Tekstur Batuan Beku

Tekstur Batuan beku terdiri atas :

  • Kristanulitas

kristanulitas merupakan derajat kristalisasi mineral dalam batuan beku, terdiri atas 3 yaitu :

- Holokristalin
Tekstur batuan beku yang kenampakan batuannya terdiri dari keseluruhan mineral yang membentuk kristal, hal ini menunjukkan bahwa proses kristalisasi berlangsung begitu lama sehingga memungkinkan terbentuknya mineral - mineral dengan bentuk kristal yang relatif sempurna.

- Hipokristalin
Tekstur batuan yang yang kenampakannya terdiri dari sebagaian mineral membentuk kristal dan sebagiannya membentuk gelas, hal ini menunjukkan proses kristalisasi berlangsung relatif lama namun masih memingkinkan terbentuknya mineral dengan bentuk kristal yang kurang

- Holohyalin
Tekstur batuan yang kenampakannya terdiri dari mineral yang keseluruhannya berbentuk gelas, hal ini menunjukkan bahwa proses kristalisasi magma berlangsung relatif singkat sehingga tidak memungkinkan pembentukan mineral - mineral dengan bentuk yang sempurna.

  • Granularitas
- Faneritik
- Porfiritik
+ Fanero porfiritik
+ Porfiro Afanitik
- Afanitik

  • Fabrik
- Bentuk
Terdiri atas :
+ Euhedral
+ Subhedral
+ Anhedral

- Relasi
Terdiri atas :
+ Equigranular
+ Inequigranular


by : Rahmatullah Arbi GeoUH 05

Anak Geology Unhas lagi meratapi kemerosotan pendidikan di kampus Orange,
1. Laboratorium yang tidak mengikuti perkembangan zaman dengan alat yang secukupnya.
2. Kegiatan Kampus yang tidak di support dari pihak birokrasi
3. kehilangan kreatifitas sebagai mahasiswa yang indipenden


by: Anak Kampus Orange

Petrologi batuan beku

batuan beku merupakan salah satu jenis batuan yang terbentuk dari proses kristalisasi magma. Berdasarkan tempat terbentuknya batuan ini terdiri dari :

1. Batuan Beku dalam
2. Batuan Beku Korok/gang
3. Batuan beku luar

sedangkan berdasarkan kandungan silikanya, batuan ini terdiri dari :

1. Batuan beku asam (kandungan silika > 66%)
2. Batuan beku intermediet (kandingan silika 55 - 66 %)
3. Batuan beku Basa (Kandungan silika 45 - 55 %)
4. Batuan beku Ultrabasa (Kandungan silika < 45 %)

karakteristik dari batuan ini dapat di cirikan dari :

a. warna
b. tekstur :
- Kristanulitas
- Granularitas
- Fabrik
c. Komposisi mineral (Felsik dan mafik)
d. Struktur Batuan

by : Rahmatullah Arbi Geologi Unhas 2005