Akumulasi suasana sepi dan ramai di kursi belakang, terdengar ciut kursi belakang yang digerak – gerak dengan sengaja untuk menimbulkan suara aneh ditengah percakapan egoisme dan kebohongan antara kami, terfikir olehku dunia sempit, tak fokus nan hampa, merasa mengejar bayangan kebahagiaan yang tak terdefenisikan. Banyak karakter dalam ruangan besar ini yang bisa membuatku menilai sesuatu. Persetan dengan topik pembicaraan mereka yang dianggapnya sangat penting dalam kehidupan yang tak sadar kalau yang mereka cari tak ada disini.
Tiba – tiba seorang pria yang kami hormati datang sejenak menenangkan ku dan menjadi fokus perhatian, sosok kecerdasan dalam lingkungan yang berpendidikan tapi rendah hati walaupun diantara mereka yang congkak akan title palsunya meremehkan dia tapi itu semua tak dihiraukannya.
Kedatangan orang yang kami tunggu – tunggu memberikan ekspresi lain di wajah para sahabatku tergambarkan abstrak dengan tingkahnya yang tak beraturan, seolah – olah girang dengan sedikit menekukkan alisnya. Ucapan asma Allah SWT menjadi pembuka materi, membuatku fokus pada pesan – pesan yang substansial, pembicaraan dua arah pun dimulai dengan tensi yang luar biasa semangat yang berapi – api berharap emosional dari pemahamanku tersampaikan, argumenku pun tersampaikan sesekali tanganku menekan keras ke meja coklat penuh coretan sang penerus bangsa, tiba – tiba diantara mereka yang merasa punya power berusaha menguasai forum tekanan suara yang keras terlontarkan pedis berharap tanganku melemah dan pandangan yang tajamku tidak memandang mangsa tanpa sadar kalau yang mereka lakukan saat itu adalah penindasan pemikiran yang tak beralasan, tanganku pun melemah menghormati keinginannya tapi tetap kulanjutkan dengan irama yang berbeda berharap pesanku tersampaikan jelas dan tegas.
Begitulah wajah pendidikan yang bekerja saat ini, pertanyaannya apakah anda akan mengikuti alur sambil berharap tak ada rintangan menuju tujuan mereka yang semu atau melawan arus tetap hidup dan kuat bagai Pohon Jati